Hi-Fella Insights

Profil Perusahaan dalam Proposal Berisi Apa Saja? Temukan Tips Menulisnya

Jika Anda ingin menawarkan jasa atau produk perusahaan Anda kepada para klien maupun investor, penting untuk mengetahui bagaimana membuat proposal profil perusahaan yang profesional dan efektif.

Lantas, profil perusahaan dalam proposal berisi apa saja sih? Dalam artikel ini, kami akan membahas apa saja yang wajib ditulis dalam proposal profil bisnis, bagaimana langkah-langkah membuatnya, serta kami juga akan memberikan serangkaian tips yang akan membantu Anda membuat profil perusahaan yang baik. Simak selengkapnya!

Apa Itu Profil Perusahaan?

profil perusahaan dalam proposal berisi apa saja

Sumber: UI Design

Profil perusahaan adalah pengantar tertulis mengenai sebuah perusahaan yang memberikan informasi kepada pembaca mengenai kegiatan, misi, tujuan, dan keunggulan perusahaan. 

Biasanya, profil perusahaan mencakup cerita tentang kapan berdirinya perusahaan dan menjelaskan produk atau layanan yang ditawarkan.

Menurut Indeed, profil perusahaan memiliki beberapa tujuan, seperti:

1. Mendapatkan Pendanaan

Profil perusahaan dapat memberikan informasi kepada calon investor yang mereka butuhkan untuk memutuskan apakah akan memberikan pendanaan kepada perusahaan.

2. Membangun Identitas Brand

Profil perusahaan bertujuan untuk memberikan informasi mengenai brand Anda seperti alamat situs web, media sosial, visi dan misi, nilai-nilai, dan asal usul perusahaan Anda, yang berkontribusi pada identitas brand itu sendiri.

3. Rekrutmen

Profil perusahaan dalam proposal juga dapat membantu Anda mempromosikan perusahaan kepada para calon karyawan dan memberikan informasi secara garis besar ciri khas perusahaan Anda.

Profil Perusahaan dalam Proposal Berisi Apa Saja? Berikut Cara Menyusunnya 

langkah-langkah menulis profil perusahaan

Berikut adalah daftar langkah-langkah yang dapat Anda lakukan untuk menulis profil perusahaan agar lebih profesional:

1. Tentukan Tujuan Profil Perusahaan

Sebelum Anda mulai menulis profil perusahaan dalam proposal, penting juga untuk menentukan tujuannya. Profil perusahaan dapat mencakup berbagai elemen tergantung pada target audience dan tujuan akhirnya.

Contoh tujuan profil perusahaan:

Profil perusahaan PT. Sukses Bersama dibuat untuk menarik investor dan klien baru. Ini termasuk informasi mendetail tentang pencapaian perusahaan, proyek unggulan, dan rencana strategis untuk masa depan.”

Setelah Anda mengetahui tujuan profil perusahaan, selanjutnya Anda dapat memikirkan elemen-elemen yang ingin disertakan untuk menekankan tujuan tersebut. 

Berikut beberapa elemen yang bisa dipertimbangkan untuk dimasukkan dalam profil perusahaan:

  • Nilai-nilai Perusahaan
    Apakah profil perusahaan tersebut ditujukan untuk merekrut investor atau menarik pelanggan, Anda dapat menyertakan bahasa yang menjelaskan nilai-nilai perusahaan.
  • Nilai Produk
    Jika profil perusahaan Anda ditulis untuk investor, Anda dapat menggunakan profil perusahaan ini sebagai kesempatan untuk menunjukkan value dari produk atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan.
  • Kinerja
    Anda juga bisa menggunakan profil perusahaan sebagai kesempatan untuk menggambarkan kinerja perusahaan, termasuk pendapatannya.

2. Pilih Gaya Penulisan dan Format Profil Perusahaan

Selanjutnya, Anda dapat menggunakan gaya penulisan dan membuat format untuk profil perusahaan. Hal ini dapat membantu Anda mengelompokkan informasi dengan cara yang lebih mudah dibaca dan menarik bagi pembaca. 

Salah satu pilihan populer untuk format profil perusahaan adalah menggunakan serangkaian subjudul untuk memperjelas informasi. 

3. Sertakan Informasi Kontak

Anda dapat memulai profil perusahaan dengan mencantumkan nama perusahaan, situs web, dan informasi kontak, agar pembaca dapat melakukan riset lebih lanjut tentang perusahaan. 

Jika Anda menulis profil perusahaan untuk para investor, hal ini juga dapat memastikan mereka untuk menghubungi perusahaan Anda seputar pendanaan.

Contoh informasi kontak pada profil perusahaan:

Alamat: Jl. Teknologi No. 45, Jakarta, Indonesia

Email: kontak@suksesbersama.com

Telepon: +62 821 555 01XX

Website: www.suksesbersama.com

4. Masukkan Visi dan Misi Perusahaan

Di bagian selanjutnya dari profil perusahaan, sertakan visi dan misi perusahaan. Visi adalah pandangan jangka panjang yang menggambarkan bagaimana perusahaan ingin melihat dirinya di masa depan, sedangkan misi adalah tujuan dan nilai-nilai inti perusahaan.

Contoh visi dan misi pada profil perusahaan dalam proposal:

  • Visi: Menjadi pemimpin inovasi di industri teknologi informasi di Asia Tenggara.
  • Misi: Memberikan solusi teknologi yang efektif, meningkatkan produktivitas bisnis, dan mendorong pertumbuhan digital di Indonesia.

5. Sejarah Berdirinya Perusahaan

Banyak profil perusahaan dalam proposal mencakup cerita singkat tentang pendirian perusahaan. Anda dapat memasukan informasi ini menjadi timeline atau bisa juga dengan menulis paragraf pendek mengenai wawasan lebih lanjut tentang awal mula perusahaan Anda terbentuk. 

Selain itu, di bagian ini juga Anda dapat mencantumkan tanggal berdirinya perusahaan dan lokasi kantor maupun cabangnya jika ada.

Contoh sejarah perusahaan pada profil perusahaan:


PT. Sukses Bersama didirikan pada tahun 2012 oleh Hartono dan Rina Malini, dua ahli IT, dengan visi untuk merevolusi cara kerja perusahaan di Indonesia secara digital melalui teknologi.”

6. Deskripsikan Produk dan Layanan

Selanjutnya, Anda dapat menuliskan deskripsi tentang produk atau layanan yang ditawarkan oleh perusahaan. 

Ini bisa berupa daftar lengkap, ringkasan produk terlaris perusahaan, atau deskripsi lebih luas tentang jenis produk yang dijual oleh perusahaan.

Contoh deskripsi produk dan layanan pada profil perusahaan:

1. Pengembangan Software

Kami menawarkan layanan pengembangan software atau perangkat lunak yang dapat disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan dari setiap klien. 

2. Solusi Cloud Computing

Layanan cloud kami menyediakan infrastruktur yang fleksibel dan skalabel, memungkinkan bisnis Anda untuk lebih mengoptimalkan sistem operasi dengan efisien. 

3. Pengembangan Aplikasi Mobile

Dengan pertumbuhan penggunaan perangkat mobile, aplikasi mobile menjadi kunci untuk menjangkau pelanggan. Kami merancang dan mengembangkan aplikasi mobile yang intuitif, responsif, dan menarik untuk berbagai platform, termasuk iOS dan Android.

7. Sertakan Penghargaan Perusahaan

Di bagian berikutnya dari profil, Anda dapat mencantumkan atau menjelaskan penghargaan dan pengakuan lain yang diterima oleh perusahaan. 

Ini dapat membantu Anda menggunakan profil perusahaan untuk menunjukkan nilai dan prestise perusahaan dalam industrinya.

Contoh penghargaan perusahaan:

PT. Sukses Bersama telah menerima beberapa penghargaan, termasuk “Penghargaan Inovasi Teknologi” pada tahun 2019 dan “Best Tech Startup” di tahun 2020.”

8. Informasi Keuangan

Jika audiens utama profil perusahaan adalah investor, Anda juga dapat menyertakan bagian dalam profil perusahaan untuk informasi keuangan perusahaan, termasuk:

  • Target Keuangan
    Menyertakan tujuan keuangan perusahaan dalam profil perusahaan dapat menunjukkan kepada investor bahwa eksekutif dan manajemen perusahaan termotivasi untuk meningkatkan pendapatan secara optimis.
  • Strategi
    Selain tujuan keuangan, profil perusahaan dalam proposal juga dapat menunjukkan rencana perusahaan untuk mencapai tujuan tersebut.
  • Kinerja Keuangan Sebelumnya
    Perusahaan juga dapat mencantumkan kinerja keuangan di masa lalu dalam profil mereka untuk menunjukkan catatan keuangan perusahaan.

Contoh informasi keuangan pada profil perusahaan:

Perusahaan ini telah menunjukkan pertumbuhan pendapatan yang konsisten, dengan peningkatan 20% dari tahun 2022 ke 2023. Total aset perusahaan mencapai 50 miliar rupiah per akhir tahun 2023.”

9. Demografi

Jenis informasi lain yang dapat Anda sertakan dalam profil perusahaan dalam proposal adalah demografi perusahaan, termasuk:

  • Jumlah Karyawan
    Menyertakan jumlah karyawan dapat menunjukkan kepada pembaca ukuran perusahaan.
  • Statistik Keanekaragaman
    Jika perusahaan Anda memiliki sumber daya manusia yang beragam, Anda dapat menyertakan statistik tentang komposisi usia dan jenis kelamin karyawan.

Contoh demografi profil perusahaan:

Sebagai perusahaan yang berkomitmen pada inovasi dan pertumbuhan, PT. Sukses Bersama bangga dengan keanekaragaman tim kami. Berikut adalah gambaran demografi perusahaan kami, yang mencerminkan budaya kerja inklusif dan kolaboratif yang kami bangun.

Jumlah Karyawan:

PT. Sukses Bersama saat ini mempekerjakan lebih dari 150 karyawan yang tersebar di berbagai departemen, dari pengembangan produk, pemasaran, hingga layanan pelanggan. Pertumbuhan tenaga kerja kami sejalan dengan ekspansi bisnis dan inovasi produk yang terus menerus.

Statistik Keanekaragaman:

1. Komposisi Jenis Kelamin:

Pria: 55%

Wanita: 45%

Kami berusaha menciptakan lingkungan kerja yang seimbang dan mendukung kesetaraan gender di semua level organisasi.

2. Distribusi Usia Karyawan:

20-30 tahun: 40%

31-40 tahun: 35%

41-50 tahun: 15%

50+ tahun: 10%

Dengan rentang usia yang luas, kami menghargai pengalaman sekaligus menyambut inovasi dan ide segar dari semua generasi.

3. Keanekaragaman Budaya:

PT. Sukses Bersama mempekerjakan karyawan dari berbagai latar belakang etnis dan budaya, mencerminkan komitmen kami terhadap inklusivitas dan pemahaman global. Kami percaya bahwa keanekaragaman ini memperkaya proses kreatif kami dan membantu kami memahami kebutuhan klien dengan lebih baik.

10. Testimoni

Anda juga dapat memasukkan bagian yang berisi testimoni dari pelanggan atau karyawan dalam profil perusahaan Anda. 

Hal ini dapat membantu Anda menunjukkan bahwa perusahaan memberikan budaya yang positif kepada karyawan atau kepuasan kepada pelanggan. 

Testimoni dapat berupa kutipan singkat dari seseorang mengenai pengalamannya dengan perusahaan, lengkap dengan nama dan jabatannya. Anda juga dapat menyertakan foto bersama testimoni tersebut.

Contoh testimoni yang dapat dicantumkan dalam profil perusahaan pada proposal:

  • Kerjasama dengan PT. Sukses Bersama telah mengubah cara kami beroperasi. Efisiensi dan inovasi yang mereka bawa sangat berharga.” – Budi , CEO PT. Karya Indah.
  • Solusi teknologi yang disediakan PT. Sukses Bersama sangat membantu dalam meningkatkan produktivitas perusahaan kami.” – Sarah Ayu, Direktur IT PT. Dinamika Baru.

Tips Membuat Profil Perusahaan dalam Proposal yang Menarik

tips membuat profil perusahaan dalam proposal

Sumber: Vilook

Setelah mengetahui langkah-langkah menulis profil perusahaan, berikut merupakan tips yang bisa Anda terapkan jika baru memulai membuat profil perusahaan agar terlihat profesional.

1. Visual dan Branding

Pastikan profil perusahaan Anda memiliki visual yang menarik dan sesuai dengan branding perusahaan Anda. Gunakan desain grafis, logo, dan warna yang mencerminkan identitas perusahaan Anda. Ini akan membantu menciptakan kesan yang baik pada pembaca.

2. Jujur dan Akurat

Sangat penting untuk menjaga kejujuran dan akurasi dalam profil perusahaan Anda. Jangan membuat klaim yang tidak dapat Anda dukung dengan bukti atau informasi yang tidak benar. Kejujuran adalah kunci untuk membangun kepercayaan kepada pembaca.

3. Konsisten dan Singkat

Pastikan profil perusahaan Anda konsisten dalam gaya penulisan dan formatnya. Hindari informasi yang bertele-tele dan singkatlah dalam penyampaian pesan. 

Pembaca cenderung lebih tertarik pada profil yang mudah dipahami dan tidak memakan waktu terlalu lama untuk dibaca.

Itulah pembahasan mengenai “Profil Perusahaan dalam Proposal Berisi Apa Saja?” yang bisa Anda terapkan untuk menarik perhatian pihak yang berkepentingan, seperti investor atau klien potensial. 

Pastikan untuk mengikuti panduan dan tips yang telah Anda pelajari dalam artikel ini untuk menciptakan proposal yang efektif dan profesional. Semoga membantu!

About Author

Silvia Stefani Chandra

Silvia Stefani Chandra

Leave a Reply

Other Article

The Intersection of Religion and International Business: Understanding Pope Leo's Influence
The Intersection of Religion and International Business: Understanding Pope Leo's Influence
In today’s global marketplace, business decisions are shaped by a complex web of economic, political,...
Read More
Pope Leo’s Emphasis on Social Justice: Implications for Corporate Governance and ESG Reporting Pope Leo XIII might not be the first name that comes to mind when thinking about supply chains, board structures, or ESG metrics—but perhaps he should be. In 1891, with the encyclical Rerum Novarum, Pope Leo XIII became one of the earliest modern figures to articulate a systematic philosophy of social justice grounded in dignity, fairness, and responsibility within economic life. Over a century later, his message is finding surprising resonance in boardrooms, compliance frameworks, and ESG reports. As global businesses, particularly those operating across borders in the export-import arena, face mounting scrutiny over how they treat workers, engage communities, and protect the environment, the principles championed by Pope Leo offer more than ethical guidance. They offer a blueprint for long-term, resilient corporate governance. Revisiting Rerum Novarum: The Origins of Modern Social Doctrine Issued in response to the harsh conditions of the industrial revolution, Rerum Novarum—Latin for “Of New Things”—was Pope Leo XIII’s response to capitalism’s rapid evolution. The encyclical didn’t condemn free markets outright but warned against the dehumanisation of labour and unchecked industrial power. Its key tenets included: The right to private property, balanced by the obligation to use it responsibly. The dignity of labour and the necessity of a living wage. The importance of trade unions and collective bargaining. The role of the state in protecting vulnerable populations. A critique of both unregulated capitalism and radical socialism. In effect, Leo XIII laid out a social framework that prioritised human dignity over profit maximisation. And while this doctrine was originally written for a 19th-century Europe grappling with mechanisation and urban poverty, its philosophical architecture is highly relevant to today’s conversations on Environmental, Social, and Governance (ESG) standards. From Papal Doctrine to ESG Standards: The Bridge ESG has become the de facto language for expressing how corporations manage risks and opportunities beyond traditional financial metrics. But at its core, ESG is about values translated into systems: how we treat people, how we steward resources, and how we design institutions to be accountable. In this context, Pope Leo’s teachings become not only compatible with ESG but foundational to it. Consider the thematic overlap: Social justice aligns with Social (S) in ESG, covering labour conditions, employee wellbeing, and equitable supply chains. Ethical use of property aligns with Governance (G), touching on shareholder responsibility, executive accountability, and ethical decision-making. Concern for the common good parallels Environmental (E) imperatives, especially the long-term view of sustainability and stewardship. This is particularly relevant for multinational export-import players who straddle jurisdictions, labour regimes, and supply chains that often include both highly regulated markets and vulnerable geographies. Corporate Governance: A New Moral Imperative Corporate governance is no longer just about fiduciary responsibility and compliance checklists. Boards are now expected to think critically about systemic risks—climate, inequality, supply chain fragility—and to embed values into business models. This is where Pope Leo’s influence becomes strategically significant. His emphasis on subsidiarity, a principle later elaborated in Catholic social teaching, holds that decisions should be made at the lowest competent level. Applied to corporate governance, this suggests empowering local suppliers, decentralising certain ESG strategies, and trusting community-rooted partners rather than imposing top-down mandates. For export-import firms, especially those operating in developing economies, this governance model encourages: Partnering with local stakeholders on environmental and social policies. Ensuring board diversity includes voices with on-the-ground operational or social insight. Establishing ethical trade committees that go beyond legal compliance into moral accountability. A good example comes from Unilever, which embedded sustainability goals directly into board oversight mechanisms, giving ESG performance equal weight to traditional financial KPIs. This approach reflects not just smart governance but the moral sensibility that Leo XIII envisioned—a business accountable not only to shareholders but to society at large. Social Justice in Supply Chains: From Ethics to Action One of Pope Leo’s most striking contributions was his insistence on a “living wage”—a concept that remains radical in many parts of the world. Today, the globalised supply chain continues to struggle with this legacy. From textile factories in Bangladesh to cobalt mines in the Democratic Republic of Congo, millions of workers form the backbone of export-import networks, yet live on precarious wages with minimal protections. ESG reporting frameworks such as the Global Reporting Initiative (GRI) and Sustainability Accounting Standards Board (SASB) now require disclosure of workforce conditions, safety, gender pay gaps, and forced labour risk. These aren’t just regulatory pressures—they're extensions of the same ethical imperative Leo XIII articulated: the dignity of work and the rights of workers. For global firms, this means: Auditing suppliers for not only compliance but dignity—ensuring workers have safe conditions, fair pay, and voice mechanisms. Moving from reactive CSR donations to proactive value-chain transformation. Embracing long-term contracts with suppliers that reward ethical practices over lowest-cost bids. Apple, for instance, began publishing annual supply chain responsibility reports in the 2010s, and while not perfect, the move to public accountability mirrors the moral transparency that Pope Leo would consider essential in any economic structure. ESG Reporting: The Shift From Optics to Substance Pope Leo XIII warned against philanthropy as a substitute for justice. Today, businesses are often accused of “greenwashing” or “social-washing”—presenting ESG initiatives as branding exercises rather than embedded values. This is where his legacy offers a potent corrective. True ESG alignment demands that social impact is not confined to a side office in marketing, but woven into procurement strategies, capital allocation, and product development. To do this effectively, companies must move beyond disclosure to deliberation: What ethical lens do we use when selecting markets or partners? How are decisions about automation, relocation, or workforce reduction made—and who benefits? Does our ESG data reflect lived realities, or merely pass the materiality test? The EU’s Corporate Sustainability Reporting Directive (CSRD), set to impact over 50,000 companies by 2026, moves toward this deeper integration by requiring not just narrative sustainability reports, but auditable, standardised ESG data. Firms that fail to build internal ESG data systems now will face reputational and regulatory penalties soon. Investor Sentiment and Catholic Social Ethics Interestingly, investor behaviour is also converging with Leo XIII’s ethics. Impact investing, faith-based investing, and ESG screening are no longer niche. According to the Global Sustainable Investment Review, global sustainable investment reached $35.3 trillion in 2020, accounting for more than a third of total assets under management. Faith-aligned investment groups, including Catholic institutions managing multi-billion-dollar endowments, increasingly exclude companies that violate labour rights, degrade ecosystems, or operate in high-conflict zones. Pope Leo’s social vision now directly influences capital flows. Export-import players hoping to attract institutional investors must demonstrate more than quarterly earnings—they must articulate how their operations align with justice, stewardship, and human dignity. These are not soft values; they are becoming capital differentiators. The Strategic Advantage of Moral Clarity It’s tempting to see ESG as a chore, an imposition from regulators and activist investors. But Leo XIII saw something deeper: that systems built without moral clarity eventually become unstable. Whether it’s collapsing supply chains during a pandemic, extreme weather disrupting logistics, or social unrest in response to inequality, businesses today are paying the price for ignoring the societal context in which they operate. For those in export-import—where interdependence, visibility, and velocity define competitive advantage—moral clarity is not just a compass. It’s a risk management tool. Embracing the social justice principles articulated by Pope Leo XIII is not about religious observance. It’s about recognising that every contract, every shipment, and every business decision takes place in a moral landscape. Companies that map that terrain wisely will build trust, attract capital, and sustain value in a turbulent century. Final Thought: The Long View Matters Pope Leo XIII understood that economic systems shape souls, not just markets. As ESG matures from a trend to a global standard, his insistence on dignity, justice, and moral economy becomes increasingly relevant. Businesses that embrace this long view—treating social responsibility as governance, not charity—will not only report better metrics. They’ll build more enduring, ethical, and ultimately profitable operations. Join Hi-Fella Today! As Pope Leo’s enduring emphasis on social justice gains renewed relevance in today’s ESG-driven business landscape, export-import companies must rise to the challenge of aligning profit with purpose. Hi-Fella supports this shift by connecting you with ethically aligned partners, offering transparency tools to enhance ESG reporting, and enabling responsible sourcing across global markets. Whether you're aiming to meet new governance standards or build a supply chain that reflects your values, Hi-Fella empowers you to trade responsibly while staying competitive in a world where ethics and economics go hand in hand.
Pope Leo’s Emphasis on Social Justice: Implications for Corporate Governance and ESG Reporting
Pope Leo XIII might not be the first name that comes to mind when thinking about supply chains, board...
Read More
UK Wildfires Highlight Climate Risks: What Businesses Should Consider
UK Wildfires Highlight Climate Risks: What Businesses Should Consider
Wildfires in the United Kingdom were once a statistical rarity, relegated to the heathlands and moorlands...
Philippines 2025 Elections: Implications for Foreign Investors and Trade Policies
Philippines 2025 Elections: Implications for Foreign Investors and Trade Policies
In May 2025, the Philippines will hold its midterm elections—a political event that may not grab global...